Selasa, 30 April 2024

SEJARAH DESA KEJAWANG

SEJARAH DESA KEJAWANG

*SEJARAH DESA  KEJAWANG*

Disinyalir konon sebelum masa peradaban islam masuk ketanah Jawa ,di daerah yg sekarang di namakan *KEJAWANG* masyarakatnya sudah menganut kepercayaan adanya Sang Pencipta Alam Semesta.terbukti diketemukanya *ARCA GANESHA* di goa gadog dukuh Rawamenjangan.  Masyarakat membuat tempat memuja kpd Yang Maha Kuasa di bukit,yg berupa punden berundak,karena berjalannya waktu punden tsb sudah tidak tersisa peninggalannya. Diyakini pd masa peradaban itu memuja harus di tempat yg lebih tinggi.Dan seperti pd umumnya tempat  pemujaan tsb di bawah bukit ada sungai yg mengalir, sungai tsb digunakan masyarakat setempat selain uuntuk keperluan dan kehidupan sehari-hari juga untuk menyucikan diri apabila ingin naik ke pemujaan..

Seiring berjalannya waktu mulailah peradaban islam masuk ke tanah Jawa,konon pd masa pemerintahan Mataram Islam yaitu masa pemerintahan raja *HANYOKRO KUSUMO* atau yg bergelar Sultan Agung Mataram ingin mengadakan penyerangan ke Benteng Batavia VOC (th 1626-1628).Di dlm beliau ber maulana  selain ingin mempersatukan masyarakat Jawa selatan utk penyerangan pusat pemerintahan penjajahan Belanda di Batavia sekarang Jakarta, beliau jg sambil  menyebarkan ajaran Agama Islam.

Disinyalir Sultan Agung pernah singgah di daerah yg sekarang dinamakan *KEJAWANG*.

Beliau tdk sendiri namun di ikuti oleh para abdi dan sahabat.Masyarakat pd masa itu mulai di pengaruhi ajaran Islam lewat ajaran Sultan Agung dan para sahabat. Sehingga arca yg sebagai simbol utk pemujaan di pindah dan di kuburkan di Gadog, sekarang masuk area pemakaman umum Rawamenjangan.

Bukit Tambaksari di jadikan tempat persinggahan Sultan Agung dan para sahabatnya. Adapun para abdi dan sahabat menurut penuturan dari tokoh masyarakat yaitu Bp Kuat Joyotaruno  *KEJAWANG* yg secara turun temurun di sampaikan oleh juru kunci *PETILASAN TAMBAKSARI* yaitu dari yg pertama menjadi juru kunci :

1. Bp. Yasadiharjo

2. Bp. Mardi

3. Bp. Madwikarto/     Bp Jas

4. Bp. Karsiman

5.Bp. Paristiono (yg sekarang)

Menyebutkan bahwa yg berada di *PETILASAN TAMBAKSARI* dan sampai sekarang sudah di buatkan tenger /tanda di dalam cungkup di atas bukit antara lain :

Yg berada di dalam cungkup dari barat ke timur,

1. Hanyokro Kusumo 

2. Pangeran Giriwongso

3. Dyah Ayu Sekararum

4. Bondan Kejawang

Sedangkan yg di luar cungkup dari barat ke timur,

1. Kyai Lurik

2..... (maaf juru kunci lupa nama tokoh tsb) 

3. Ki Ageng Pandanaran

4. Ki Joyo Kusumo

Menurut cerita yg disampaikan oleh Bp Kuat Joyotaruno konon pd saat di atas bukit rombongan Sultan Agung merasa lapar,kemudian Sultan memerintahkan kpd salah seorang utk mencari makanan seadanya /alakadarnya.  Disuruhlah Bondan Kejawan turun bukit utk mencari makanan. Sesampainya di kaki bukit bertemu salah satu rumah warga yg pemiliknya bernama Nyi Jemik. 

Bondan Kejawan meminta kepada Nyi Jemik utk memberikan makanan kepadanya utk satu rombongan. Karena Bondan Kejawan bercerita bahwa rombongan itu adalah wong agung dari Mataram. Maka segeralah Nini Jemik mempersiapkan bahan-bahan makanan utk diberikan pd Bondan Kejawan. Sesuai keinginan dari sultan bahwa makanan tdk harus mewah, maka Nyi Jemik membuatkan makanan antara lain : Gecok ayam (ayam yg hanya dibakar di sewir kecil" trus dimasukan kesantan yg di bumbui rempah"),sayur bening daun kelor, dan cramcam terong (sambel yg dibuat dari terong alas/terong kecil")

Dan tujuh kepal nasi atau yg di sebut golong pitu, utk dibawa keatas bukit.

Kenapa hanya tujuh karena Bondan Kejawan sudah makan terlebih dahulu di rumah Nyi Jemik.

Sesampainya di atas bukit dan bertemu lagi dgn rombongan di haturkanlah makanan tsb.. Alhasil makanan tsb di nikmati dng senang dan terlihat sangat nikmat jg memuaskan.

Dengan terobatinya rombongan dari rasa lapar akhirnya pimpinan rombongan yaitu Kanjeng Sultan memberikan hadiah tanah perdikan  kepada Bondan Kejawan, ini yg menjadikan cikal bakal adanya desa *KEJAWANG*, konon akhirnya Bondan Kejawan di tinggal oleh rombongan karena beliau ditugaskan utk menyebarkan agama sekaligus utk menjaring masyarakat setempat mempersiapkan penyerangan terhadap Belanda, yaitu benteng VOC di Batavia  bersama prajurit dari Mataram apabila waktunya sudah ditentukan.  

Dengan adanya Bondan Kejawan mengajarkan agama islam dan menjadi tokoh di kalangan masyarakat tsb akhirnya daerah tersebut dinamakan *KEJAWANG*  hingga  saat ini.

Dan sampai sekarang  masyarakat masih meyakini secara turun temurun, apabila mau punya hajatan sunatan atau mantu (mantenan) di wilayah setempat  harus nyekar atau ziarah  memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa di *PETILASAN TAMBAKSARI* memohon kpd Sang Pencipta utk di berikan keselamatan dan di berikan keberkahan.  Selepas dari nyekar/ziarah, membuat kenduri atau selamatan diantaranya  berupa Giling (nasi yg di kepal")berjumlah 7, Gecok Ayam jago,kelan kelor (sayur bening dari daun kelor)dan cramcam terong.

 

*SEJARAH SINGKAT PETILASAN GUNUNG TAMBAKSARI  KEJAWANG*

Penjajahan Belanda belum selesai.. Pd masa perang Pangeran Diponegoro(th1825 -1830)  *PETILASAN TAMBAKSARI* pernah terjadi peristiwa penting  di jadikan tempat persembunyian dan markas Pangeran Diponegoro.beliau adalah keturunan dari selir Sultan Agung Mataram.

Tercatat  dalam Sejarah Hindia Belanda bahwa Pangeran Diponegoro pernah singgah di petilasan dan ditemui oleh Kolonel Cleerens.

Namun pertemuan itu tdk di petilasan tp di *Paseban* utk berunding, yg sekarang masuk wilayah desa Karangsari.

Dulu jaman pemerintahan Hindia Belanda, desa *KEJAWANG* meliputi desa Tanggeran dan Karangjambu.  Terbukti tanah bengkok desa Berada di desa Tanggeran di sebelah barat Karangsari. Jg *Pasarkejawang* secara administratif berada di wilayah desa Karangjambu.

Dalam perundingan tsb tidak membuahkan hasil... Pangeran Diponegoro tdk mau kalau hanya berunding dgn tingkatan Kolonel. Yg di inginkan dari Pangeran Diponegoro mau berunding tp harus dng Jendral. Tidak dgn Kolonel, karena Pangeran Diponegoro merasa dirinya adalah panglima perang akhirnya terjadilah kesepakatan bahwa Belanda mau berunding dgn Jendral tp harus di Magelang. Kemudian Jendral De Cokc datang dari Batavia menuju ke Magelang begitu juga Pangeran Diponegoro dari pesembunyiannya yaitu di Bukit Tambaksari menuju Magelang. Pada tgl 17 Februari 1830 terjadi perundingan dan berakhir pula masa perang Pangeran Diponegoro, Belanda licik perundingan tdk terjadi kesepakatan malah Pangeran Diponegoro di tawan dan di jebloskan kedalam penjara yg akhirnya di pindah ke Makasar sampai beliau tutup usia

*PETILASAN TAMBAKSARI* pernah di pugar oleh Bp MULYO UTOMO bersama masyarakat Kejawang pd tanggal 1Januari 1977. Beliau adalah salah satu masyarakat yg mempunyai harta lebih dan juga mau mengikhlaskan sebagian hartanya utk membangun petilasan tersebut, yg dulunya bangunan dari kayu menjadi bangunan tembok batu bata.

Demikian sekelumit cerita mengenai *PETILASAN TAMBAKSARI* yg sekarang tercatat di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen sebagai tempat peristirahatan Pangeran Diponegoro... Semoga bermanfaat.

 

*SEJARAH SINGKAT PETILASAN GUNUNG TAMBAKSARI  KEJAWANG*

Di desa *KEJAWANG* kec Sruweng kab Kebumen,ada sebuah dukuh yang dinamakan dukuh *TAMBAKSARI*.Dan di wilayah tsb terdapat bukit yg tingginya +/- 90m diatas permukaan air laut. Di puncak bukit tsb berdiri  bangunan pesangrahan /petilasan,yg dinamakan *PETILASAN TAMBAKSARI*.

Disinyalir konon sebelum masa peradaban islam masuk ketanah Jawa ,di daerah yg sekarang di namakan *KEJAWANG* masyarakatnya sudah menganut kepercayaan adanya Sang Pencipta Alam Semesta.terbukti diketemukanya *ARCA GANESHA* di goa gadog dukuh Rawamenjangan.  Masyarakat membuat tempat memuja kpd Yang Maha Kuasa di bukit,yg berupa punden berundak,karena berjalannya waktu punden tsb sudah tidak tersisa peninggalannya. Diyakini pd masa peradaban itu memuja harus di tempat yg lebih tinggi.Dan seperti pd umumnya tempat  pemujaan tsb di bawah bukit ada sungai yg mengalir, sungai tsb digunakan masyarakat setempat selain utk keperluan dan kehidupan sehari-hari jg untuk menyucikan diri apabila ingin naik ke pemujaan..

Seiring berjalannya waktu mulailah peradaban islam masuk ke tanah Jawa,konon pd masa pemerintahan Mataram Islam yaitu masa pemerintahan raja *HANYOKRO KUSUMO* atau yg bergelar Sultan Agung Mataram ingin mengadakan penyerangan ke Benteng Batavia VOC (th 1626-1628).Di dlm beliau ber maulana  selain ingin mempersatukan masyarakat Jawa selatan utk penyerangan pusat pemerintahan penjajahan Belanda di Batavia sekarang Jakarta, beliau jg sambil  menyebarkan ajaran Agama Islam.

Disinyalir Sultan Agung pernah singgah di daerah yg sekarang dinamakan *KEJAWANG*.

Beliau tdk sendiri namun di ikuti oleh para abdi dan sahabat.Masyarakat pd masa itu mulai di pengaruhi ajaran Islam lewat ajaran Sultan Agung dan para sahabat. Sehingga arca yg sebagai simbol utk pemujaan di pindah dan di kuburkan di Gadog, sekarang masuk area pemakaman umum Rawamenjangan.

Bukit Tambaksari di jadikan tempat persinggahan Sultan Agung dan para sahabatnya. Adapun para abdi dan sahabat menurut penuturan dari tokoh masyarakat yaitu Bp Kuat Joyotaruno  *KEJAWANG* yg secara turun temurun di sampaikan oleh juru kunci *PETILASAN TAMBAKSARI* yaitu dari yg pertama menjadi juru kunci :

1. Bp. Yasadiharjo

2. Bp. Mardi

3. Bp. Madwikarto/     Bp Jas

4. Bp. Karsiman

5.Bp. Paristiono (yg sekarang)

Menyebutkan bahwa yg berada di *PETILASAN TAMBAKSARI* dan sampai sekarang sudah di buatkan tenger /tanda di dalam cungkup di atas bukit antara lain :

Yg berada di dalam cungkup dari barat ke timur,

1. Hanyokro Kusumo 

2. Pangeran Giriwongso

3. Dyah Ayu Sekararum

4. Bondan Kejawan

 

Sedangkan yg di luar cungkup dari barat ke timur,

1. Kyai Lurik

2..... (maaf juru kunci lupa nama tokoh tsb) 

3. Ki Ageng Pandanaran

4. Ki Joyo Kusumo

 

Menurut cerita yg disampaikan oleh Bp Kuat Joyotaruno konon pd saat di atas bukit rombongan Sultan Agung merasa lapar,kemudian Sultan memerintahkan kpd salah seorang utk mencari makanan seadanya /alakadarnya.  Disuruhlah Bondan Kejawan turun bukit utk mencari makanan. Sesampainya di kaki bukit bertemu salah satu rumah warga yg pemiliknya bernama Nyi Jemik. 

Bondan Kejawan meminta kepada Nyi Jemik utk memberikan makanan kepadanya utk satu rombongan. Karena Bondan Kejawan bercerita bahwa rombongan itu adalah wong agung dari Mataram. Maka segeralah Nini Jemik mempersiapkan bahan-bahan makanan utk diberikan pd Bondan Kejawan. Sesuai keinginan dari sultan bahwa makanan tdk harus mewah, maka Nyi Jemik membuatkan makanan antara lain : Gecok ayam (ayam yg hanya dibakar di sewir kecil” trus dimasukan kesantan yg di bumbui rempah”),sayur bening daun kelor, dan cramcam terong (sambel yg dibuat dari terong alas/terong kecil”)

Dan tujuh kepal nasi atau yg di sebut golong pitu, utk dibawa keatas bukit.

Kenapa hanya tujuh karena Bondan Kejawan sudah makan terlebih dahulu di rumah Nyi Jemik.

Sesampainya di atas bukit dan bertemu lagi dgn rombongan di haturkanlah makanan tsb.. Alhasil makanan tsb di nikmati dng senang dan terlihat sangat nikmat jg memuaskan.

Dengan terobatinya rombongan dari rasa lapar akhirnya pimpinan rombongan yaitu Kanjeng Sultan memberikan hadiah tanah perdikan  kepada Bondan Kejawan, ini yg menjadikan cikal bakal adanya desa *KEJAWANG*, konon akhirnya Bondan Kejawan di tinggal oleh rombongan karena beliau ditugaskan utk menyebarkan agama sekaligus utk menjaring masyarakat setempat mempersiapkan penyerangan terhadap Belanda, yaitu benteng VOC di Batavia  bersama prajurit dari Mataram apabila waktunya sudah ditentukan.  

Dengan adanya Bondan Kejawan mengajarkan agama islam dan menjadi tokoh di kalangan masyarakat tsb akhirnya daerah tersebut dinamakan *KEJAWANG*  hingga  saat ini.

Dan sampai sekarang  masyarakat masih meyakini secara turun temurun, apabila mau punya hajatan sunatan atau mantu (mantenan) di wilayah setempat  harus nyekar atau ziarah  memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa di *PETILASAN TAMBAKSARI* memohon kpd Sang Pencipta utk di berikan keselamatan dan di berikan keberkahan.  Selepas dari nyekar/ziarah, membuat kenduri atau selamatan diantaranya  berupa Giling (nasi yg di kepal”)berjumlah 7, Gecok Ayam jago,kelan kelor (sayur bening dari daun kelor)dan cramcam terong.

 

Penjajahan Belanda belum selesai.. Pd masa perang Pangeran Diponegoro(th1825 -1830)  *PETILASAN TAMBAKSARI* pernah terjadi peristiwa penting  di jadikan tempat persembunyian dan markas Pangeran Diponegoro.beliau adalah keturunan dari selir Sultan Agung Mataram.

Tercatat  dalam Sejarah Hindia Belanda bahwa Pangeran Diponegoro pernah singgah di petilasan dan ditemui oleh Kolonel Cleerens.

Namun pertemuan itu tdk di petilasan tp di *Paseban* utk berunding, yg sekarang masuk wilayah desa Karangsari.

Dulu jaman pemerintahan Hindia Belanda, desa *KEJAWANG* meliputi desa Tanggeran dan Karangjambu.  Terbukti tanah bengkok desa Berada di desa Tanggeran di sebelah barat Karangsari. Jg *Pasarkejawang* secara administratif berada di wilayah desa Karangjambu.

Dalam perundingan tsb tidak membuahkan hasil... Pangeran Diponegoro tdk mau kalau hanya berunding dgn tingkatan Kolonel. Yg di inginkan dari Pangeran Diponegoro mau berunding tp harus dng Jendral. Tidak dgn Kolonel, karena Pangeran Diponegoro merasa dirinya adalah panglima perang akhirnya terjadilah kesepakatan bahwa Belanda mau berunding dgn Jendral tp harus di Magelang. Kemudian Jendral De Cokc datang dari Batavia menuju ke Magelang begitu juga Pangeran Diponegoro dari pesembunyiannya yaitu di Bukit Tambaksari menuju Magelang. Pada tgl 17 Februari 1830 terjadi perundingan dan berakhir pula masa perang Pangeran Diponegoro, Belanda licik perundingan tdk terjadi kesepakatan malah Pangeran Diponegoro di tawan dan di jebloskan kedalam penjara yg akhirnya di pindah ke Makasar sampai beliau tutup usia

 

*PETILASAN TAMBAKSARI* pernah di pugar oleh Bp MULYO UTOMO bersama masyarakat Kejawang pd tanggal 1Januari 1977. Beliau adalah salah satu masyarakat yg mempunyai harta lebih dan juga mau mengikhlaskan sebagian hartanya utk membangun petilasan tersebut, yg dulunya bangunan dari kayu menjadi bangunan tembok batu bata.

 

Demikian sekelumit cerita mengenai *PETILASAN TAMBAKSARI* yg sekarang tercatat di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kebumen sebagai tempat peristirahatan Pangeran Diponegoro... Semoga bermanfaat.

Bagikan :

Tambahkan Komentar Ke Twitter

Kebumen Terkini

Puluhan Ribu Warga Padati Alun-alun Pancasila, Nobar Timnas U-23 vs Uzbekistan
Silaturahmi dengan PPDI, Bupati Minta Perkuat Sinergitas
Bupati Kebumen Hibahkan Eks Gedung SD untuk Pemerintah Desa Sawangan
Bupati Resmikan Pantai Heppii, Wisata Rakyat, Nyaman, Murah Meriah
Bupati Minta Promosi Geopark Kebumen di Gencarkan

Arsip Sejarah Desa Kejawang

Data Desa

Statistik Pengunjung

Polling 1

Polling 2